Senin, 08 September 2008

Perang Melawan Terorisme Berdampak pada Kerja Sama Global

09/09/08
Brisbane, (ANTARA News) - Perang melawan terorisme sejak insiden 11 September 2001 telah mengubah rasionalitas dan prioritas kerja sama pembangunan dari "keadilan global" menjadi "ketakutan".

"Kampanye perang melawan terorisme itu juga telah mengubah `argumentasi moral menjadi riil politik`," kata Pakar hubungan internasional Universitas Complutense Madrid, Dr Jose Antonio Sanahuja.

Pakar tersebut mengemukakan hal itu dalam suatu seminar di Universitas Queensland (UQ) di Brisbane, Senin.

Sanahuja mengatakan, bantuan pembangunan dari negara kaya kepada negara miskin maupun sedang membangun, kini menjadi "alasan keamanan" karena memerangi bahaya terorisme sudah menjadi target nyata pembangunan.

"Negara-negara yang berpandangan demikian antara lain Amerika Serikat, Jepang, dan Australia," katanya.

Bantuan dan pembangunan menjadi satu alat untuk menghempang terorisme. Kemiskinan, ketidaksetaraan, dan kurangnya pengharapan merupakan sumber kepedihan dan lahan subur tumbuhnya radikalisme agama, terorisme, dan konflik kekerasan.

Salah satu implikasi dari berkembangnya kampanye global memerangi terorisme sejak insiden 11 September 2001 dalam konteks sekuritisasi kerja sama pembangunan adalah melemahnya jalinan demokrasi pembangunan dari kebijakan-kebijakan bantuan.

Implikasi lainnya adalah dilakukannya redefinisi konflik bersenjata dan pembangunan perdamaian dalam kerangka kerja perang melawan terorisme. Pengalaman Irak dan Afghanistan dari tahun 2003 sampai 2008 memperkuat adanya implikasi tersebut.

Di Afghanistan misalnya, pembangunan perdamaian menjadi formula bagi stabilisasi dan pembangunan sebagai alat untuk melawan kelompok perlawanan. Bantuan kemanusiaan untuk rakyat Irak juga dipakai sebagai alat stabilisasi dan perlawanan terhadap para pemberontak.

"Kini terjadi garis abu-abu antara operasi bantuan kemanusiaan dengan operasi pembangunan perdamaian," katanya.

Salam presentasi yang berlangsung lebih dari satu jam, Sanahuja menganalisa berbagai tren global dan agenda dalam kerja sama pembangunan dan bantuan luar negeri dari negara-negara kaya.

Setidaknya ada empat tren yang dianalisa direktur Departemen Kerja Sama Pembangunan Institut Studi Internasional Complutense (ICEI) itu.

Empat tren itu adalah privatisasi pembiayaan pembangunan yang cenderung meningkat, sekuritisasi bantuan, penyebaran para donor dan fragmentasi bantuan, serta munculnya para pendonor baru dan kerja sama pembangunan "Selatan-Selatan".(sumber berita ANTARA)

Tidak ada komentar: