Senin, 08 September 2008

Warga Indramayu Resah, Minyak Tanah Langka


Begitu berat beban yang diterima oleh warga Indramayu yang kini harus berebut minyak tanah, padahal sebelumnya tidak seperti ini, ironisnya Indramayu yang mempunyai Kilang Minyak bahkan terbesar se-Asia Tenggara kini malah berebut minyak tanah hanya untuk bisa memasak di Bulan Ramadhan ini.

Warta Wiralodra, Inrdamayu
Akibat pengurangan dan konversi dari minyak ke gas, pasokan dari Pertamina ke pangkalan puluhan warga di Kabupaten Indramayu Jawa-Barat harus rela mengantre minyak tanah hingga satu jam, akibatnya jumlah pembelian untuk setiap warga di batasi dan harus menunjukan KTP.

Antrian ini terlihat di salah satu pangkalan minyak tanah di Kelurahan Margadadi Kec/Kab. Indramayu Jawa-Barat warga harus rela mengantre selama satu jam lebih dikarenakan begitu banyaknya warga yang antre dan berebut minyak tanah tersebut. Warga harus rela antre demi mendapatkan beberapa liter minyak tanah, mereka mendapatkan jatah minyak hanya empat liter saja dengan harga Rp. 4000/liter, padahal harga eceran terendah berkisar Rp.3500/liter. Itupun mereka harus menunjukan KTP warga Margadadi, apabila warga tidak bisa memperlihatkan KTP sebagai tanda warga Margadadi maka petugas pangkalan tidak akan melayani warga.

Menurut Sri, pemilik pangkalan kelangkaan minyak tanah ini sudah lama terjadi sejak dua bulan yang lalu, namun Pemerintah belum juga ada tanggapan mengenai masalah ini.

Akibat pasokan dari Pertamina dikurangi, pasokan 5000 liter yang biasanya dilakukan seminggu sekali saat ini dilakukan sebulan sekali yang berakibat pada kelangkaan tersebut, bahkan Sri mengaku dalam bulan ini ia tidak mendapatkan jatah dari pihak Pertamina. Apakah salah mereka hingga di saat bulan yang Fitri ini harus rela berdesakan dianatara para warga yang lama mengantre Mitan ini?

Tiada yang patut kita salahkan memang, namun jika kita melihat dari segi permasalahan memang sangat ironis warga Indramayu yang begitu bangga dengan Kilang yang menjulang tinggi di Kecamatan Balongan Indramayu masih saja harus bersabar mengantre minyak tanah itu pun hanya beberapa liter saja.

“Satu liter Rp. 4000 pak kalau saya beli di warung-warung yang biasa saya beli harganya jauh lebih mahal bisa sampai Rp. 8000/liter.Di pangkalan saya harus bawa KTP warga Margadadi, kalau tidak ada KTP warga Margadadi ya tidak mendapatkan minyak tanah, padahal kebutuhan saya banyak untuk masak sehari-hari pun dengan minyak tanah hanya empat liter itu sangat kurang”, tutur Dasirah (46) warga Desa Margadadi.

Masih menurut Sri untuk mengantisipasi kelangkaan minyak tanah ini ia terpaksa mendatangkan minyak curah dari luar daerah lain yang harga perliternya jadi naik Rp. 500, namun harga tersebut jauh lebih rendah jika di bandingkan dengan harga eceran minyak tanah di warung-warung yang mencapai Rp. 8000/liternya. ndra

Tidak ada komentar: